Potensi Pembalap Crosser Cilik
tanggal post : 16 July 2015
Muhammad Excel yang berusia 10 tahun. Tapi soal nyali, jauh melebihi orang dewasa. Karena dia sudah berulangkali menjadi juara nasional dan internasional di ajang motocross dan powercross. Terakhir, dia mendapatkan juara di Australia dan Singapura.Muhammad Excel tak ubahnya seperti bocah seumurannya. Siswa kelas 6 SDN Pendem 1 itu tengah menikmati masa liburan sekolah. Namun, Acel bukan bocah sembarangan. dia telah mengoleksi sejumlah gelar juara di bidang motorcross dan powercross.Kamar Acel bukan seperti kamar bocah seusianya. Puluhan piala berbagai jenis terpampang di sejumlah sudut kamar berukuran sekitar 3,5×4 meter. Pun, kamarnya tampak bukan seperti tempat beristirahat. Ada sedikitnya 30 jersey balapan di salah satu sisinya, sementara di sisi lain, juga teronggok koleksi puluhan sepatu balap dan sarung tangan balap.Paling anyar, 8 Desember lalu, Acel menyabet gelar juara 2 Husqvarna Evalube Powercross International Championship 2012 65 CC Total Moto di sirkuit PX Banyuwangi. Sementara, 1 Desember lalu, dia juga menyabet gelar juara umum 65 CC Nasional IRC Moto X International Championship 2013 di Pati, Jawa Tengah. Deretan prestasi lainnya masih seabrek. Lihat saja, Acel menjadi juara I kejuaraan Motocross 2011 50 CC (enam kota), lalu juara I Powercross International 50 CC (lima kota), juara Kejurda 50 cc 2011 (tujuh kota), juara II nasional 65 cc Motocross 2012 (enam kota), juara II Surya Powercross SE 65 Novice 2012, juara I Powercross seri I Banyuwangi, dan sejumlah gelar lainnya. Singkat kata, untuk lawan seusianya, di Indonesia nyaris sudah tidak ada. Karena itu, dia kerap tampil menghadapi lawan senior di kelas novice 65 CC. Acel mengatakan, antara motocross dengan powercross memiliki karakteristik sendiri. Powercross menuntut pembalap lebih banyak melakukan jumping (melompat). Sementara di motocross, pembalap lebih banyak melahap medan lurus. ”Kalau boleh memilih, saya memilih powercross,” katanya.Olaharaga keras ini bagi Acel bukan hal baru. Karena sejak sekolah di Taman Kanak-Kanak Garut, dia sudah mengenalnya. Adalah teman-teman dari ayahnya, M. Irfan Mudzakkir yang mengenalkan motocross setelah dia mulai bisa menggunakan sepeda pancal. Acel menyebut, di usia empat tahun, dia sudah mulai menunggang motor cross 50 cc (ukuran kecil).
Anak kedua dari dua bersaudara pasangan Lena Chandra dan M. Irfan Mudzakkir ini menyebutkan, sekitar dua tahun dia belajar motor trail kecil, dia mulai stabil. Acel memandang, balapan di sirkuit balap itu lebih enak dibanding harus mengikuti balapan liar di jalan. Acel kecil pada kelas 1 SD Muhammadiyah Garut mengikuti kejuaraan motocross di Kediri. Mengejutkan, dia langsung mendapat juara I. Sejak itu, karir membalapnya semakin moncer. Orang tua Acel pun memutuskan untuk pindah ke Kota Batu dan membuka toko peralatan motor cross di kawasan Pendem. Bukan hanya prestasi di tingkat nasional, 2010 lalu dia mengikuti kejuaraan motocross di Perth, Australia. Hasilnya, dia juara 3. Di tahun yang sama, Acel juga menyabet gelar juara 3 pada kejuaraan powercross di Singapura. ”Enak Om. Bisa lawan crosser asing,” kata Acel. Acel yang tergabung dalam tim Darul Ulum Agung itu mengatakan, prestasi-prestasi tersebut tak diraih dengan mudah. Dia harus menjalani latihan setiap hari di sirkuit Darul Ulum Agung, Bumiayu, di bawah pelatih Yusuf Irawan. Jika musim hujan begini, latihannya bisa seminggu tiga kali. Acel sendiri memilih nomor 100 untuk branding di jersey maupun motornya. Penunggang motor KTM 65 CC itu mengatakan, angka 100 memiliki kesan tersendiri baginya. karena nomor itu sama dengan nomor rumah neneknya. Acel mengatakan, dia paling suka merasakan balapan ketika musim penghujan. Salah satunya saat dia mengikuti kejuaraan di sirkuit Jagung, Tlogowaru, Kedungkandang, Kota Malang, beberapa waktu lalu. Menurutnya, ketika hujan turun, karakteristik lumpur yang menggumpal malah menjadi pemulus jalannya. Tak salah jika dia layak disebut sebagai ’raja’ medan berlumpur.Acel sendiri mulai beberapa waktu terakhir ini sudah mengikuti kelas novice 65 CC. Artinya, dia harus menghadapi pembalap lain yang lebih senior. Apa tidak takut? ”Saya mensugesti diri sendiri. Jangan pernah meremehkan saya yang masih kecil,” kata Acel yang mengaku selalu menjalankan ritual berdoa sebelum start sambil mengusap kedua tangannya secara bergantian.
Acel memang boleh saja masih belum genap 11 tahun. Namun, pengetahuan membalapnya patut diacungi jempol. Dia juga sering sharing dengan ayahnya karena ayahnya juga mantan pembalap. Acel pun sempat membagi tips. Salah satunya adalah tips melewati lawan yang lebih sering bermain dengan menggunakan pola mendekati garis dalam. Nah, untuk menyalipnya, Acel harus mengambil sisi terluar. Dengan sedikit menumbuk, maka selanjutnya laju motor akan seperti membentuk garis segitiga dan melewati lawannya. Saat bermain di medan berlumpur, Acel mengatakan memiliki tips tersendiri agar tidak tergelincir. Yaitu badan harus tegap ke belakang dengan posisi lebih ke belakang dibanding biasanya, kuda-kuda tangan memegang setang harus kuat, serta kedua kaki menjepit bodi motor. Sepanjang berkarir sebagai crosser, Acel mengatakan belum pernah sekalipun mengalami kecelakaan hebat yang membuatnya patah tulang.
Jika kalian mencari motorcross untuk anak-anak kami danmogot.com menyediakannya di bandung, danmogot.com membuka outlet dibandung
Bandung
Bandung : Jl. Astana Anyar No. 150 - Bandung
Buka Setiap Hari
pukul 10.00 S.D 20.00 Untuk Online Buka 24 Jam.
Kami juga tidak menjual Motorcross saja kami juga menjual motoGP, ATV dan Mainan RC (Remote Control) dan juga yang lain-lain. Jika ingin informasi yang lebih lanjut kunjungi website kami danmogot.com
HandMade@mnugroho