Kisah yang Sangat Menggugah Hati Dongeng Seribu Satu Malam
tanggal post : 24 July 2015
BELI PULSA - Seribu Satu Malam merupakan sastra epik dari Timur Tengah yang lahir pada Abad Pertengahan. Kumpulan cerita ini mengisahkan tentang seorang ratu Sassanid, Scheherazade yang menceritakan serantai kisah-kisah yang menarik pada sang suami, Raja Shahryar, untuk menunda hukuman mati atas dirinya. Kisah-kisah ini diceritakannya dalam waktu seribu satu malam dan setiap malam Scheherezade mengakhiri kisahnya dengan akhir yang menegangkan sehingga sang raja pun selalu menangguhkan perintah hukuman mati pada diri Scheherazade. Biar tidak penasaran kita langsung baca ceritanya yuk....
Di zaman dahulu kala hiduplah seorang raja dari Dinasti Sasan yangmemiliki dua orang putra. Pangeran pertama lebih tua daripada pangeran yangkedua. Kedua orang pangeran tersebut sama-sama terampil menunggang kudadan bertempur, meskipun pangeran yang lebih tua lebih pandai menunggangkuda dibandingkan adiknya. Pangeran yang lebih tua dikenal dengan namaRaja Syahrayar, sedangkan adiknya bernama Syahzaman. Raja Syahrayar adalah seorang penguasa yang adil terhadap rakyatnya. Kekuasaannya
meliputiwilayah Samarkand.Pada mulanya, segala sesuatunya berjalan dengan baik. Kedua orang putraraja itu memerintah kerajaan yang mereka pimpin masing-masing dengan adil.Sampai pada suatu ketika, setelah dua puluh tahun berlalu, Raja Syahrayar mulai tak kuasa lagi menahan kerinduannya untuk bertemu dengan
adiknya,Syahzaman. Raja Syahrayar kemudian memerintahkan salah seorang menterinyauntuk mengundang adiknya. Menteri yang diperintah untuk menemui adiknyaitu segera berangkat untuk menyampaikan pesan Raja Syahrayar kepada adiknya Syahzaman.Setibanya di istana Syahzaman, setelah mengucapkan salam, sang menterimenyampaikan pesan dari Raja Syahrayar bahwasanya beliau telah amat rindu untuk dapat segera bertemu dengan Syahzaman, sehingga beliau memintakesediaan adiknya itu untuk segera datang berkunjung ke istananya.
Tanpa pikir panjang, Syahzaman langsung menyatakan kesediaannyamemenuhi undangan kakaknya. la pun segera mempersiapkan keberangkatannyauntuk menemui kakaknya itu. Syahzaman bahkan langsung menunjuk salahseorang menterinya untuk menggantikan kedudukannya menangani berbagaiurusan kerajaan selama kepergiannya.Belum lagi setengah perjalanan dilaluinya, tiba-tiba pada pertengahanmalam, Syahzaman teringat akan sebuah barang yang tertinggal di istana, makaia pun segera kembali ke istana untuk mengambil barang tersebut.Setibanya di istana, Syahzaman langsung masuk ke dalam kamarnya.
Bukan main terkejutnya Syahzaman, ketika di dalam kamarnya dia mendapati permaisurinya sedang tidur sambil memeluk seorang budak.Demi melihat kejadian itu, dunia menjadi terasa begitu gelap. Syahzamanlangsung mencabut pedangnya dan ditikamnyalah kedua orang yang sedang berduaan di atas tempat tidurnya itu hingga keduanya tewas seketika. Setelahmemerintahkan agar kedua mayat itu untuk segera dikuburkan, Syahzamankembali melanjutkan niatnya semula untuk mengunjungi kakaknya.Singkat cerita, Syahzaman akhirnya tiba di negeri yang dipimpin olehkakaknya Raja Syahrayar.
Bukan main gembiranya Raja Syahrayar menyambutkedatangan saudara kandungnya itu. Seluruh kota bahkan telah dihias dengan berbagai macam hiasan untuk menyambut kedatangan sang adik yang amatdirindukannya.Karena telah begitu lama tidak saling berjumpa, kedua orang kakak beradik itu langsung tenggelam di dalam perbincangan untuk mengobati rindu yangselama ini mereka rasakan. Tetapi, rupanya hal itu tidak berlangsung lama,karena Syahzaman kembali teringat peristiwa yang mengoyak hatinya yangterjadi tepat sebelum keberangkatannya untuk menemui kakaknya. Mendung pun kembali menggelayuti wajah Syahzaman. Mukanya menjadi pucat dantubuhnya tampak lesu.Melihat ada yang tidak beres pada diri adiknya, Raja Syahrayar menyangka bahwa hal itu disebabkan oleh kepergian Syahzaman ke istananya untuk bertemu dengan dirinya. Raja Syahrayar mengira, bahwa kepergian adiknya darinegeri yang dicintainya itulah yang menyebabkan dia menjadi tampak kurangsehat. Raja Syahrayar pun membiarkan adiknya dan tidak menanyakan apa pun tentang hal itu.
Setelah beberapa hari kemudian ternyata kondisi adiknya tidak menunjuk-kan perubahan, akhirnya Raja Syahrayar berusaha untuk menghiburnya."Adikku, ayolah ikut denganku untuk berburu, agar perasaanmu dapatkembali tenang," ujar Syahrayar.Akan tetapi Syahzaman menolak ajakan kakaknya itu, dan Raja Syahrayar pun akhirnya pergi berburu tanpa disertai adiknya.Setelah kakaknya pergi berburu, Syahzaman berdiri memandangi tamanistana yang tampak dari jendela yang terbuka lebar. Dari balik jendela itulah,tiba-tiba Syahzaman melihat dua puluh orang budak perempuan keluar bersamadua puluh orang budak laki-laki dan tampak pula permaisuri kakaknya berjalandi antara budak-budak itu. Sang permaisuri terlihat begitu cantik.Sesampainya mereka di pancuran istana, kedua puluh pasang budak itu melepaskan semua pakaian yang mereka kenakan dan kemudian merekaduduk berpasang-pasangan.Terdengar sang permaisuri memanggil salah seorang budaknya, "WahaiMas'ud, kemarilah!"Dan muncullah seorang budak hitam yang langsung menghampiri permaisuri. Permaisuri kemudian memeluk budak itu dan keduanya langsung bercumbu. Begitu pula halnya para budak yang lain, mereka juga melakukan halyang sama dengan yang dilakukan oleh permaisuri. Mereka terus melakukan halitu hingga senja datang. Sementara dari balik jendela, Syahzaman menyaksikansemua itu dengan hati yang masyghul.
Malam harinya, ketika Syahzaman tengah menyantap makan malam, kakaknya Raja Syahrayar pulang dari perburuan dan langsung menemuinya. RajaSyahrayar terkejut karena dia melihat adiknya menyantap makanan dengansedemikian lahapnya. Wajah adiknya itu juga tampak lebih segar dan sudahtidak pucat lagi."Ketika pagi tadi kau kutinggal berburu, wajahmu tampak pucat. Apayang sebenarnya terjadi padamu seharian ini, sehingga kau kini tampak lebihsehat dan lebih segar?" tanya Raja Syahrayar kepada adiknya.Syahzaman menjawab, "Kakakku, ketika kau memerintahkan salah seorang menterimu untuk mengundangku datang ke sini, saat itu aku langsungmenyetujui undanganmu itu dan segera berangkat ke sini. Tetapi di tengah perjalanan, aku teringat bahwa permata yang akan kuberikan padamu ternyatamasih tertinggal di dalam istanaku. Aku pun segera kembali untuk mengambil
permata itu. Namun, tahukah kau apa yang terjadi? Setibanya aku di dalamistana, kudapati istriku tengah asyik tidur berduaan dengan salah seorang budakku. Karena tak kuasa menahan amarah, aku pun langsung membunuhmereka berdua. Jadi kakakku, sebenarnya ketika aku datang memenuhiundanganmu ke sini, hatiku masih dijelali kegalauan yang muncul disebabkan peristiwa itu, sehingga wajahku pun menjadi pucat dan tubuhku lemas. Tetapikini kesehatanku telah kembali pulih, meski untuk menuturkan penyebabnyaaku terlebih dulu harus meminta maaf padamu karena sepertinya aku tidak mungkin menyampaikan hal itu padamu."Tetapi, Raja Syahrayar terus mendesak. Dia berkata, "Dengan nama Allah,kuharap kau bersedia memberitahu aku apa yang sebenarnya telah menyebabkankeadaanmu kembali pulih."
Karena merasa segan pada kakaknya, Syahzaman akhirnya menceritakansemua kejadian yang dilihatnya di taman istana siang tadi. Namun rupanya Raja Syahrayar tidak sepenuhnya mempercayai apayang dituturkan oleh adiknya itu. Dia berkata, "Aku tidak dapat mempercayaiceritamu itu, sampai aku melihat kejadian itu dengan kedua mata kepalakusendiri."Tak kurang akal, Syahzaman mengajukan sebuah usul, "Baiklah, kalau begitu besok pagi berpura-puralah seolah kau hendak pergi berburu. Setelahitu, bersembunyilah bersamaku untuk melihat peristiwa seperti yang telahkuceritakan tadi, langsung dengan kedua mata kepalamu sendiri."Keesokan harinya, Raja Syahrayar kembali mempersiapkan pasukan yangakan diajaknya berburu. Pasukan yang akan mengawalnya tampak telah siapdengan segala sesuatunya.
Tenda untuk berburu pun telah disiapkan. RajaSyahrayar kemudian keluar dari istananya menuju tenda yang telah disediakanuntuknya itu dan kemudian, secara diam-diam, Syahrayar keluar dari tendadan kembali memutar masuk ke dalam istana untuk menemui Syahzaman.Kedua kakak beradik itu kemudian duduk di jendela di seberang tamanistana untuk melihat gerangan apakah yang akan terjadi.Benar. Tak berapa lama berselang, masuklah sang permaisuri bersama beberapa orang budak laki-laki dan perempuan. Dan mereka pun kembalimelakukan hal yang sama dengan apa yang telah diceritakan oleh Syahzamankepada Raja Syahrayar.Ketika Raja Syahrayar melihat peristiwa menjijikkan itu dengan keduamatanya sendiri, dia merasa seolah-olah ingatannya telah hilang. Dia lalu
berkata kepada adiknya, "Ayo kita pergi dari tempat ini. Sungguh, kita tidak membutuhkan kerajaan seperti ini, sampai kita tahu bahwa ada orang lainyang mengalami apa yang kita alami. Lebih baik kita mati, karena kematiantampaknya lebih baik buat kita berdua." Syahzaman menuruti ajakan kakaknya.Melalui sebuah pintu rahasia, kedua orang kakak beradik itu akhirnya pergimeninggalkan istana.Mereka terus berjalan mengikuti langkah kaki mereka sampai akhirnyamereka tiba di sebatang pohon yang tumbuh di tengah sabana.
Kebetulan, didekat pohon itu terdapat sebuah mata air yang letaknya berdekatan dengan bibir pantai. Mereka pun minum dari mata air tersebut dan kemudian duduk untuk melepas lelah.Terik siang baru akan redup ketika tiba-tiba Syahrayar dan Syahzamanmelihat di tengah lautan muncul sesosok makhluk hitam yang tinggi menjulangke angkasa. Setelah tegak berdiri, sosok hitam itu lalu menghampiri tempat dimana mereka sedang beristirahat. Melihat sosok hitam itu mendekat, Syahrayar dan Syahzaman merasa amat ketakutan dan segera berusaha memanjat pohonyang menjadi tempat mereka berteduh. Dari atas pohon yang mereka panjatitu, mereka dapat melihat apa sebenarnya sosok besar hitam yang tadi munculdari tengah laut.
Ternyata, yang menghampiri Syahrayar dan Syahzaman adalah sesosok jin yang tubuhnya tinggi besar dan membawa sebuah peti di atas kepalanya.Jin itu terus berjalan menghampiri pohon di mana kedua orang kakak beradik itu bersembunyi, dan kemudian duduk di bawahnya.Setelah duduk, jin itu menurunkan peti yang dibawa di atas kepalanya danmengeluarkan sebuah kotak yang tersimpan di dalamnya. la lalu membukakotak itu. Ajaib. Ternyata di dalam kotak kecil itu terdapat seorang anak gadisyang tubuhnya memancarkan sinar layaknya matahari.Sambil memandangi anak gadis yang disembunyikan di dalam kotak yangdipegangnya, jin itu berkata, "Hai gadis yang kuculik pada malam pengantin,aku akan tidur barang sejenak."
Jin itu kemudian meletakkan kepalanya di atas bahu gadis tersebut dan langsung tertidur.Setelah jin yang menculiknya tertidur, gadis yang malang itu menengadah-kan kepalanya ke atas pohon untuk melihat siapa gerangan yang bersembunyidi sana. Di atas pohon terlihat olehnya kedua orang yang sedang bersembunyi.Dengan amat hati-hati, gadis itu lalu mengangkat kepala jin yang bersandar di bahunya dan meletakkannya di atas tanah, dan kemudian ia berdiri di bawah pohon.Di bawah pohon, gadis itu menggerak-gerakkan tangannya untuk memberiisyarat kepada kedua orang yang sedang bersembunyi di atas pohon agar segera turun. Gadis itu berseru, "Turunlah, kalian berdua tidak perlu takutkepada jin ini."Mengetahui bahwa si jin telah terlelap, Syahrayar dan Syahzaman akhirnyamemberanikan diri untuk memenuhi panggilan gadis tersebut dan turun dariatas pohon untuk menghampiri gadis yang memanggil mereka.Ketika Syahrayar dan Syahzaman telah sampai di dekatnya, gadis itu me-ngeluarkan sebuah kantung dari dalam sakunya. Kemudian dari dalam kantungitu, ia mengeluarkan seutas tali yang terkait padanya lima ratus tujuh puluh buah cincin. Kemudian gadis itu berkata, "Apakah kalian berdua mengetahui benda apa yang sedang kupegang ini?""Tidak, kami tidak tahu," jawab Syahrayar dan Syahzaman.
"Tanpa sadar, para pemilik cincin-cincin ini menyerahkan begitu saja barang-barang yang mereka miliki kepadaku disebabkan kekuatan yang dimiliki jin ini. Maka sekarang berikanlah cincin yang kalian miliki," ujar si gadis.Syahrayar dan Syahzaman kemudian memberikan cincin yang mereka kenakankepada gadis itu. Si gadis lalu berkata, "Sebenarnya jin ini telah menculikku pada malam pernikahanku. Setelah aku diculik, ia meletakkanku di dalamsebuah kotak kecil yang dia simpan di dalam sebuah peti yang dikunci denganmenggunakan tujuh buah kunci. Dan sesudah itu, dia meletakkan peti di manaaku terkunci di dalamnya di dasar lautan yang berombak besar. Rupanya jinitu tidak mengetahui bahwa jika seorang perempuan menginginkan sesuatu,maka dia tidak akan pernah menyerah." Dengan kepala yang dipenuhi seribu pertanyaan, kedua orang kakak beradik itu akhirnya kembali pulang ke istanaRaja Syahrayar.Setibanya di istana, Raja Syahrayar langsung memenggal istrinya besertasemua budak yang telah melakukan perbuatan nista di dalam istananya. Dansejak saat itu, setiap hari Raja Syahrayar selalu memerintahkan untuk disediakanseorang perawan untuk dibunuh setelah sebelumnya Raja Syahrayar terlebihdulu menikmati keperawanan gadis yang dipersembahkan untuknya.Tiga tahun telah berlalu. Raja Syahrayar masih terus melakukan kebiasaan biadabnya itu. Seluruh rakyat yang tinggal di dalam daerah kekuasaannyadicekam ketakutan yang luar biasa, sementara para gadis banyak yang sudah
melarikan diri keluar dari wilayah kerajaan. Sampai ketika seluruh perawanyang tinggal di ibu kota kerajaan hampir habis, Raja Syahrayar kembali memintamenterinya untuk menyediakan perawan seperti hari-hari sebelumnya.Dengan susah payah sang menteri mencari perawan untuk dipersembahkankepada Raja Syahrayar, namun usaha sang menteri sia-sia karena tak seorang pun perawan yang berhasil dia temukan. Dengan perasaan tak menentu sangmenteri kembali ke rumahnya, sementara kecemasan terus menghantuinyadisebabkan ketakutannya yang luar biasa terhadap raja.Alkisah, menteri ini memiliki dua orang putri yang cantik dan cerdas.Yang sulung bernama Syahrazad, sedangkan yang bungsu bernama Dunyazad.Syahrazad adalah seorang putri yang cerdas dan telah membaca begitu banyak buku tentang sejarah, riwayat hidup para raja kuno, dan kisah umat-umatterdahulu."Mengapa ayah tampak resah dan gelisah?" Syahrazad bertanya kepadaayahnya. Ayahnya kemudian menceritakan perkara yang merisaukandirinya."Demi Allah, nikahkanlah aku dengan raja lalim itu. Sungguh sepenuhnyaaku rela, tak peduli apakah diriku bisa selamat atau harus mati sebagai tumbaluntuk menyelamatkan gadis-gadis yang tinggal di kota ini dari kebiadabanraja," ujar Syahrazad.
"Tidak, demi Tuhan aku tidak mungkin membiarkan dirimu terperosok ke dalam bahaya," ayahnya menolak."Tapi, ayah tidak punya pilihan lain, bukan?" Syahrazad terus mendesak ayahnya.Mengetahui bahwa tidak ada jalan lain, akhirnya sang menteri bersediamengabulkan permohonan Syahrazad dan ia pun langsung bersiap-siap untuk menghadap raja bersama putri kesayangannya itu.Sebelum berangkat, Syahrazad berpesan kepada adiknya Dunyazad, "Jikakakak telah tiba di istana raja Syahrayar, kakak akan meminta kau untuk datangke istana. Dan setelah kau tiba di istana, kakak mengharapkan bantuanmuuntuk meminta kakak untuk menceritakan sebuah cerita, sehingga dengan permintaanmu itu, kakak akan memiliki kesempatan untuk menceritakansebuah kisah yang insya Allah dapat menjadi jalan keluar dari semua masalahini." Tak berapa lama kemudian, bersama ayahnya, Syahrazad berangkatmenghadap Raja Syahrayar.
Setibanya di istana, Syahrazad langsung berpura-pura menangis. Raja pun bertanya padanya tentang gerangan apa yang membuatnya menangis. Syahrazadmenjawab bahwa ketika berangkat tadi dia belum sempat berpamitan denganDunyazad adiknya. Mendengar itu, Raja Syahrayar segera mengirim utusanuntuk memanggil Dunyazad untuk datang ke istana. Setelah Dunyazad tiba di istana, Syahrazad bersama adiknya berbincang- bincang dengan Raja Syahrayar. Di tengah perbincangan, Dunyazad menyela,"Wahai kakak, ceritakanlah kepada kami cerita yang pernah kakak ceritakankepadaku.""Baik, akan tetapi kakak akan merasa sangat terhormat seandainya ba-ginda raja sendiri yang berkenan mengizinkan kakak untuk bercerita," jawabSyahrazad.Raja pun mengizinkan Syahrazad untuk menyampaikan cerita sepertiyang diminta oleh adiknya.
Malam Ke- 1
Kisah Pedagang dan Jin
Atas perkenan Raja Syahmyar, Syahrazad segera bangkit dari tempat duduknyadan memulai kisahnya.
Alkisah, hiduplah seorang pedagang yang kaya raya dan memiliki banyak ko-lega di negerinya. Pada suatu hari pedagang kaya ini melakukan perjalananniaga ke beberapa negara tetangga.Di tengah perjalanan, pedagang ini merasakan panas yang luar biasa. Dia pun berhenti untuk berteduh di bawah sebatang pohon, sementara tangannyamengambil sebutir kurma yang dibawanya. Setelah buah kurma yang menjadi bekal perjalanannya itu habis dimakan olehnya, si pedagang kemudianmelemparkan begitu saja biji kurma yang ada di tangannya.
Ajaib. Setelah dia melemparkan biji kurma itu, tiba-tiba di hadapannya berdiri sesosok jin tinggi besar yang pada salah satu tangannya tergenggamsebilah pedang yang diacungkan ke arah pedagang kaya tersebut."Hai manusia, berdirilah agar aku dapat memenggal kepalamu sepertiyang kau lakukan terhadap anakku yang baru saja mati disebabkan biji kurmayang kau lemparkan tadi menancap di jantungnya," hardik sang jin. Jin itukemudian menarik rubuh si pedagang kaya dan menghempaskannya ke tanah.Pedagang kaya yang malang itu pun menjerit kesakitan. Dengan raut wajahyang sedih, si pedagang melantunkan syair:
Masa terbagi dua, ada masa aman, ada masa sengsara Seperti hidup yang kadang jernih kadang bernoda Bilang pada orang yang karena masa kami dihina Mereka yang melawan masa, pasti akan merana Ketika kau lihat laut dengan bangkai di atasnya Lupakah kau bahwa dasarnya adalah tempat mutiara Kalau memang zaman melewati kita hanya percuma Maka segala busuk padanya kita harus siap terima Lihatlah langit penuh gemintang tak terkira Padahal munculnya bulan dan matahari akan membuatnya sirna Bumi kita penuh pohon, ada yang berbuah ada yang merana Hanya pohon buahlah yang ditimpuki 'tuk diambil buahnya Sangkaanmu jadi baik hanya ketika hari tampak riang Takutmu pada takdir karenanya langsung hilang.
Sambil meratap, pedagang kaya itu berkata kepada sang jin, "Wahai jin,tanggunganku banyak. Aku juga punya banyak harta, istri, dan beberapa oranganak. Dan aku pun masih memegang beberapa barang gadaian. Oleh sebabitu, izinkanlah aku untuk pulang barang sejenak agar dapat kubereskan semuaurusanku, setelah itu aku akan kembali ke sini untuk menyerahkan diriku padamu." Rupanya sang jin mempercayai ucapan pedagang itu sehingga si pedagang kaya itu dibiarkannya pergi.Sesampainya di negerinya, pedagang kaya itu segera membereskan segalaurusannya.
Dan ia juga menceritakan hal yang dialaminya kepada istri dan anak-anaknya. Setelah mendengar penuturan suami dan ayah mereka, istridan anak-anak pedagang itu langsung menangis.
Tanpa terasa, satu tahun telah berlalu, si pedagang menghabiskan waktuitu untuk menemani keluarga yang akan ditinggalkannya.Setelah menyampaikan wasiat kepada seluruh keluarganya, si pedagangkaya itu pun berangkat sambil membawa sehelai kain kafan yang dijepit dilengannya. Istri, anak-anak, dan seluruh keluarga melepas kepergian si pedagang yang pergi untuk menepati janjinya kepada jin yang anaknya telahdibunuh olehnya.
Hari itu adalah awal tahun baru. Di bawah pohon yang dulu menjaditempat pertemuannya dengan sang jin, pedagang kaya itu menangis tersedu-sedu. Tiba-tiba datanglah seorang kakek sambil menuntun seekor kijang."Apa yang kau lakukan di tempat ini sendirian? Tahukah kau bahwa tempatini adalah sarang jin?" kakek itu bertanya kepada si pedagang. Si pedagang kayaitu pun lalu menuturkan kepada si kakek semua peristiwa yang dialaminyatermasuk perjanjian yang dia lakukan dengan jin yang menghuni tempat itu.Mendengar penuturan si pedagang, kakek tua itu terkejut dan berkata,"Demi Allah, betapa salehnya engkau. Cerita yang kau tuturkan itu juga sangatluar biasa."
Kakek tua itu kemudian duduk di samping si pedagang dan berkata,"Saudaraku, sungguh aku tidak akan meninggalkanmu sampai aku menyaksi-kan sendiri apa yang akan dilakukan oleh jin itu terhadap dirimu."Si kakek tua itu terus berbincang-bincang dengan si pedagang sampaimalam menjelang. Rasa takut mulai merasuki perasaan si pedagang kaya.Pikirannya melayang. Rasa gundah di dadanya, bercampur aduk dengan ke-gelisahan yang menggeliat.
Tiba-tiba datanglah seorang kakek yang menghampiri mereka berdua.Kakek yang kedua ini datang dengan menuntun dua ekor anjing pemburu berwarna hitam. Setelah mengucapkan salam, kakek tua pemilik anjing itu bertanya kepada dua orang yang ditemuinya tentang alasan mereka duduk di bawah pohon yang diketahui sebagai sebuah sarang jin. Si pedagang dan sikakek pemilik kijang lalu menceritakan kejadian yang mereka alami.Ketika si pedagang, kakek tua pemilik kijang, dan kakek tua pemilik anjingtengah asyik berbincang-bincang, tiba-tiba muncul lagi seorang kakek tuayang datang bersama seekor bagal.
Seperti kedua kakek sebelumnya, kakek tua pemilik bagal ini pun bertanya kepada ketiga orang yang ditemuinya tentang alasan mengapa mereka duduk-duduk di sarang jin. Setelah kakek tua pemilik bagal itu duduk, ketiga orang yang ditemuinya itu menuturkan semua peristiwa yang mereka alami.Ketika keempat orang itu tengah asyik berbincang-bincang, tiba-tiba bertiuplah angin yang sangat kencang. Debu beterbangan, mengaburkan pandangan di sekeliling tempat itu. Dan di tengah-tengah debu yang beter bangan itu muncullah sesosok jin dengan sebilah pedang berkilat terhunusdi tangannya. Jin itu kemudian menghampiri si pedagang kaya yang duduk bersama tiga orang kakek yang menemaninya."Kemarilah kau pedagang, agar aku mudah memancung kepalamu sebagaihukuman atas pembunuhan yang kau lakukan terhadap diri anakku," hardik sang jin.Mendengar itu, si pedagang kaya itu langsung meratap dan menangis ke-takutan. Ratapan ketakutan dan tangisan pedagang kaya itu ternyata memancingketiga kakek tua yang menemaninya untuk memberi bantuan.Kakek tua pemilik kijang berdiri dan berjalan menghampiri sang jin se-raya berkata, "Wahai Paduka Raja Segala Jin. Bersediakah Paduka menukar sepertiga hukuman pedagang ini dengan cerita hamba tentang kijang yanghamba bawa ini?""Baik," jawab sang jin.
"Wahai raja jin yang baik. Ketahuilah, bahwa sebenarnya kijang ini adalahsalah seorang sepupu hamba. Hamba telah menikahinya sejak dia masih kecil.Kami telah hidup berumah tangga selama tiga puluh tahun, namun kamitidak kunjung dikarunai anak. Maka hamba menikahi salah seorang budak perempuan yang darinya hamba berhasil mendapatkan seorang anak laki-lakiyang memiliki wajah yang tampan seperti bulan purnama.Setelah lima belas tahun berlalu, dan putra hamba yang tampan itu telahtumbuh besar, tibalah saatnya hamba untuk pergi berdagang bersama seorangsaudagar besar.
Pada saat itu, sepupu hamba yang sekarang telah berubahmenjadi kijang ini, telah menguasai ilmu sihir yang ternyata telah dipelajarinyasejak ia masih kecil.Seiring dengan kepergian hamba, dengan kemampuan yang dimilikinya,sepupu hamba ini menyihir putra hamba menjadi seekor anak sapi, sedangkanistri hamba yang kedua disihir menjadi seekor sapi betina. Sepupu hamba yang jahat ini kemudian menyerahkan anak dan istri hamba yang telah dia sihir itukepada seorang peternak.
Ketika hamba kembali dari perniagaan, hamba bertanya kepada sepupuhamba ke mana gerangan perginya anak istri hamba. Sepupu hamba ini men- jawab bahwa istri hamba telah meninggal dunia, sedangkan putra hamba pergi entah ke mana. Sepupu hamba ini berkata bahwa dia tidak mengetahuike mana perginya putra hamba.Setahun penuh hamba tinggal sendirian di rumah. Hamba hanya bisa ber-sedih sampai akhirnya tibalah hari raya kurban. Karena hamba berniat untuk berkurban, maka hamba memesan seekor sapi betina yang gemuk kepadaseorang penjual sapi. Penjual sapi itu kemudian datang dengan membawaseekor sapi yang gemuk. Sungguh hamba tidak mengetahui bahwa sebenarnyasapi itu adalah istri kedua hamba sendiri yang telah disihir oleh istri hambayang pertama.Ketika hamba tengah bersiap-siap untuk menyembelih sapi itu, dan pisau pemotong yang akan hamba gunakan juga telah hamba hunuskan di depan sapi betina yang telah dibaringkan, tiba-tiba sapi betina yang hamba beli itu menangistersedu-sedu. Karena tak tega, hamba akhirnya menolak untuk menyembelihsapi itu dan meminta agar si penjual sapi saja yang menyembelihnya.
Penjualsapi itu menyanggupi dan langsung menyembelih sapi betina yang tidak lainadalah istri hamba sendiri.Penyembelihan selesai. Aneh. Tak ada daging atau lemak yang dapat hambaambil dari sapi itu. Yang ada hanya kulit dan tulang. Sambil menyesali pilihanhamba, kulit dan tulang sapi itu hamba berikan begitu saja kepada si penjualsapi dan hamba kembali memesan untuk dibawakan seekor anak sapi yanggemuk. Penjual sapi itu kembali memenuhi pesanan hamba, dan tak lama diatelah membawa seekor anak sapi yang tidak lain adalah putra hamba yangtelah disihir oleh istri hamba ini.Ketika anak sapi itu melihat hamba, anak sapi itu menangis. Melihat halitu, hamba lagi-lagi menjadi tidak tega untuk menyembelihnya. Hamba pun berkata kepada si penjual sapi, "Bawakanlah untukku seekor sapi betina yanglain."
Tanpa terasa, pagi telah tiba. Syahrazad menghentikan kisahnya."Duhai, indah nian cerita yang kakak sampaikan," Dunyazad memuji kakaknya."Baiklah, jika memang kau suka, kakak akan ceritakan kelanjutan kisah ini nantimalam. Itu pun kalau Raja Syahrayar berkenan memberi kesempatan kepada kakakmu ini untuk hidup satu malam lagi agar kakak dapat melanjutkan cerita kakak tadi,"
jawab Syahrazad.
Mendengar perkataan itu Raja Syahrayar hanya bergumam di dalam hati, "Demi Allah, tak mungkin kubunuh gadis ini sebelum kudengar kelanjutan kisah yang di-ceritakannya itu
." Demikianlah, malam pertama berlalu dengan aman dan damai. Raja Syahrayar yang kejam keluar menuju ruang utama istana. Di luar ruangan, tampak menterinya telah menunggu sambil membawa sehelai kain kafan yang dipersiapkan untuk mengubur putrinya. Ketika bertemu menterinya itu, Raja Syahrayar hanya diam, sedangkan sang menteri tak berani berkata apa-apa dan hanya menelan keheranan yang dirasakannya.
Raja Syahrayar berlalu, masuk ke dalam istananya. Bersambung ke Bag.2
Redaktur oleh Natalia br Barus
Sumber Isipulsa.co.id