penipuan, menyalahgunakan, bahasa
Jangan Memainkan Kata-Kata Hanya Untuk Sebuah Tipuan Belaka
tanggal post : 10 January 2018
Ada peribahasa yang mengatakan ujung pena lebih tajam dari pada pedang. Dan tidak mengada-ada, makna dari kata-kata tersebut memang benar kenyataannya, makanya ada istilah ‘perang’ kata-kata dengan pena sebagai senjata. Berbicara tentang kata, maka secara luas menyangkut dengan bahasa. Bahasa mungkin memang bukan sesuatu yang dapat dilihat namun bisa dirasakan dengan cara mendengar dan memahami. Tapi untuk memahami maksud dari bahasa, kita harus tahu dulu kalau bahasa punya kekuatan tersendiri, dan dalam menggunakannya kita pun harus berhati-hati.
Secara sederhana, kekuatan bahasa mungkin dapat dirasakan saat kita mendengarkan sebuah orasi, membaca iklan di layar kaca atau mendengarkannya di radio, mendengar lirik lagu, atau bahkan mendengarkan rayuan/gombalan yang bisa membius kita untuk percaya dan setuju pada statement tertentu. Sekarang ini banyak sekali oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang menyalahgunakan fungsi bahasa untuk tujuan kejahatan, yaitu penipuan. Para ahli dan pakar bahasa mungkin sudah paham segala bentuk dan jenis bahasa dengan intensinya masing-masing. Tapi sebagian besar masyarakat awam, mungkin tidak akan mengerti dengan permainan kata yang tersirat dalam dalam sebuah pernyataan oral maupun tertulis.
Sudah banyak sekali penipuan dengan mengandalkan kekuatan bahasa, salah satunya sebagai contoh, penggunaan eufimisme dalam menciptakan bahasa-bahasa halus untuk tujuan menipu. Eufemisme Menurut Keraf (2007: 132) eufemisme adalah acuan berupa ungkapan-ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung perasaan atau menyugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan. Dalam kasus penipuan, contoh penggunaan eufemisme ada pada sms berkedok ‘mama minta pulsa’ atau permintaan-permintaan transfer uang lainnya. Kalau diperhatikan dan ditinjau secara teliti, terkadang tidak ada yang salah dari isi pesan singkat ‘minta pulsa’ ataupun ‘minta transfer’. Isi pesan biasanya kalimat suruhan langsung untuk si penerima agar cepat melakukan aksi yang diminta. Secara bahasa memang tidak ada salahnya. Intinya dia hanya meminta pulsa, dan tidak ada yang salah dari aksi meminta pulsa. Akan salah bila si pengirim pesan meminta pulsa secara paksa, namun jika dia hanya meminta, kita berhak mengatakan ‘tidak’ bila memang kita tidak bersedia. Dan akan salah juga bila oknum tersebut mengarang cerita yang yang benar-benar bermodus penipuan.
Penipuan juga terjadi dengan cara memanipulasi kata. Sebuah pernyataan ditulis atau disuarakan dengan kata-kata penuh rekayasa hanya untuk memikat atau dengan kata halus menipu para pembaca atau pun pendengarnya. Kalimat ini biasanya sengaja ditulis ambigu, tidak jelas (tanpa keterangan tambahan seperti keterangan waktu, tempat, dll) namun bisa terkesan ‘menjanjikan’. Contohnya pada kalimat ‘belilah produk X lalu dapatkan hadiah menarik’, kalimat ini agak ambigu karena bisa jadi saat membeli produk X kita bisa saja mendapatkan piring cantik sebagai hadiah, bisa jadi dalam produk X tersebut ada hadiah-hadiah tertentu yang tidak terduga, atau bisa jadi tidak ada hadiah apapun bila sudah terkait dengan waktu, karena kalimat tersebut kurang jelas dan membutuhkan keterangan kurun waktu tersedianya persediaan hadiah tersebut.
Hal itu hanyalah satu contoh dari banyaknya penipuan yang terjadi dengan mengunakan bahasa yang sudah sedikit direkayasa. Namun intinya, berhati-hatilah berbahasa agar tidak salah dan menyakiti orang lain. Dalam menerima pernyataan pun kita harus cermat memahami sehingga tidak terjadi miskomunikasi yang mungkin bisa merugikan.
@Okiaprawasti