Self Improvement, Psikologi, Kesehatan
Memahami Innerchild: Bagian Diri yang Sering Diabaikan
tanggal post : 01 March 2022
Belakangan ini, ramai perbincangan mengenai inner child - sebuah bagian diri yang mungkin sudah jauh tertinggal di belakang, padahal sebenarnya selalu ada dalam diri kita dan mungkin tanpa sadar mempengaruhi bagaimana kita membuat keputusan dan berhadapan dengan masalah. Sebenarnya, apa itu inner child? Mengapa bisa mempengaruhi kehidupan kita saat ini? Yuk simak selengkapnya!
Siapa itu Inner Child?
Inner child, atau yang dalam bahasa Indonesia berarti anak kecil yang berada di dalam, adalah sosok anak-anak dari diri kita yang masih melekat pada diri kita meski setelah kita dewasa. Anak kecil dalam diri kita tidak pergi, tapi menetap di dalam diri, membentuk diri kita saat ini, dan seringkali menjadi dorongan alam bawah sadar yang kuat dalam menjalani kehidupan seperti membuat keputusan atau merespon masalah.
Inner child terbentuk dari pengalaman masa kecil kita dan terbawa, meski tak sadar, ketika kita dewasa. Seseorang yang semasa kecilnya merasa sendirian, takut dan sedih karena tidak adanya dukungan, perhatian ataupun kasih sayang dari orang tua menghasilkan perasaan tertinggal dan rasa takut ketika dewasa. Sebaliknya, pengalaman masa kecil dimana kita merasa aman, didukung, dan dicintai, dapat menghasilkan rasa aman ketika sudah dewasa.
Bagaimana Berdamai dengan Inner child?
Faktanya, setiap dari kita terikat dengan inner child. Mungkin saja, Inner child kita terluka dan butuh bantuan kita untuk menyembuhkannya. Jika kita mampu memahami lukanya dan apa yang dibutuhkannya, kita mungkin bisa memahami penyebab perasaan negatif yang kita alami saat dewasa, yang bisa saja berhubungan dengan inner child kita. Ketika kita berhasil memahaminya, kita akan mengenali diri dengan lebih baik, menyayangi diri kita dan orang lain, sehingga dapat berkembang menjadi individu yang lebih baik.
Bradshaw mengemukakan sebuah metafora tentang inner child, yaitu: “Ada kasih sayang yang muncul saat kita melihat seorang anak kecil. Pemikiran bahwa diriku yang dewasa merawat dan mengasuh anak kecil yang terluka dalam diri saya (inner child) yang tidak memiliki ayah dan mengalami banyak rasa sakit, ketakutan, kehampaan, dan kesepian, sangat membantu.”
Kita dapat berinteraksi dengan inner child dengan berbagai cara, misalnya menuliskan surat untuk diri kecil kita dan menyampaikan bahwa kita menyadari keberadaannya dan ingin memulihkan lukanya. Bayangkan bahwa kita sedang berbicara dengan diri kecil kita dan bahwa anak itu bisa memahami kita, katakan bahwa kita mencintainya, bahwa kita mendengar apa yang diinginkannya.
Beberapa cara untuk berdamai dengan inner child, antara lain:
-
Bangun kepercayaan. Inner child kita membutuhkan dukungan. Oleh karena itu, kita perlu belajar untuk memvalidasi perasaannya serta tidak meninggalkannya (melupakannya) agar ia percaya bahwa kita akan ada untuknya.
-
Validasi. Pahami, sadari, dan terima bahwa kita pernah terluka. Luka kita di masa lalu yang mungkin disebabkan oleh orang lain, dapat terjadi karena berbagai hal. Boleh jadi, orang yang melukai kita di masa lalu, juga pernah terluka. Jika kita masih menolak dan tidak menerima luka kita di masa lalu, akan sulit untuk berdamai dgn inner child kita.
-
Validasi perasaan seperti marah, sedih, kesepian, dan perasaan lainnya. Setelah berhasil memvalidasi perasaan kita, kita akan mampu untuk jujur terhadap diri kita dan tidak menutupi diri kita dengan diri yang lain. Saat kita berhasil berdamai dengan perasaan terburuk kita, kita mampu keluar dari lingkaran itu dan menjadi diri kita yang sebenarnya.
Proses berdamai dengan diri sendiri tidaklah mudah. Terkadang, kita tidak mampu melakukannya sendiri dan membutuhkan pertolongan orang lain. Pengalaman sedih, takut, malu, tertinggal, kesepian, atau luka lain yang dialami di masa kecil dan belum terselesaikan, dapat berdampak pada kondisi emosional seseorang di masa depan hingga menghasilkan perilaku maladaptif yang dapat mengganggu produktivitas serta keberfungsian sebagai seorang individu. Jika hal tersebut terjadi dan tidak dapat kita atasi sendiri, penting untuk mencari bantuan seperti berkonsultasi dengan psikolog / dokter kejiwaan agar dapat ditentukan terapi yang tepat, misalnya terapi perilaku dan kognitif.
Sumber:
https://rspermata.co.id/articles/read/memahami-innerchild:-bagian-diri-yang-sering-terabaikan