Cerita2D, Cerbung, Romance, Metropop
Office Romance (Part 1)
tanggal post : 16 October 2018
B.O.B
Kamis. Kamu manis tanpa pensil alis. Rasanya kata-kata itu yang pengen gue bilang ke Gita sewaktu tadi pagi kami berjumpa dan naik lift yang sama. Nggak sia-sia deh gue bangun pagi-pagi banget biar jam tiba gue di kantor sama dengan jam tibanya si Gita. Mengawali hari di kantor dengan senyum dan ucapan selamat pagi dari Gita mampu bikin gue semangat kerja sampe sore. Dampak positifnya, gue dipandang semakin baik oleh atasan, tiba di kantor selalu lebih awal dan nggak pernah telat-telat lagi. My office life is so fucking great!
Danu
It’s truly delightful to be here again, bukan karena judulnya bisa ‘pulang kampung’, secara gue cuma mengikuti preparation managerial program di kantor pusat Danmogot.com, tempat gue kerja ini selama enam bulan ke depan. Dan ternyata, udah empat hari gue di sini, merasa bahwa waktu terlalu cepat berlalu. Empat hari rasanya gue lewati secepat kedipan mata, apalagi kalo lagi menikmati waktu gue dengan Moza. God.... I miss her so damn much. Udah satu setengah tahun juga gue nggak liat wajahnya yang fierce but beautiful itu, liat senyumnya yang nakal, her own signature banget pas senyum, tepi bibir sebelah kirinya duluan yang bergerak. Pengen banget waktu terhenti saat gue ngobrol sama dia. Eh, itu bukannya dia ya? Ngapain dia pagi-pagi gini berdiri di lobby lantai satu gedung kantor?
“Za,” Panggilku yang langsung mengalihkan pandangannya dari layar smartphonenya. “Kamu lagi nunggu seseorang?”
“Eh, Dan, iya nih. Nunggu GO-Jek. Kamu baru nyampe?”
Gue mengangguk. “Mau naik GO-Jek ke mana?”
“Ohh, bukan, tadi gue pake jasa GO-Send, ada yang ketinggalan.”
“Kamu baik-baik aja kan Za? Kok kayaknya wajah kamu agak pucat gitu?”
Moza
“Ohh, ini?” Sambil menunjuk wajahku sendiri. “Ini karena aku belum pake make-up Dan, bukan karena sakit.”
Danu mengangguk-angguk sambil bilang “Ohhh..”
“Oke deh, nanti siang kalian bisa kan? Sorry ya kemaren-kemaren itu aku yang nggak bisa karena ada meeting sama direksi.”
“Iyeee, sipp.” Dan Danu langsung berjalan menuju lift.
I miss him a lot. Danu tuh cocok dijadikan referensi pria-pria hampir sempurna, like he was born to be a leader. Berkharisma, cerdas, sopan, dapat diandalkan-pokoknya sifat-sifat baik lainnya yang hanya dimiliki oleh pria-pria hampir sempurna-you name it, and all those things just go to him.
Aku kenal Danu sejak hari pertamaku menginjakkan kaki di gedung ini, sekitar empat tahun yang lalu. Kami sama-sama mengikuti Management Training Program Batch 7 di perusahaan berbasis E-Commerce ini. Di Hari kedua, aku bertemu dengan Ben, sebenarnya sesama peserta training sudah saling berkenalan sejak hari pertama, namun aku tak pernah bisa lupa saat ia menahan pintu lift ketika melihatku berlari dari pintu masuk.
“Hold the elevator!!!” teriakku sambil berlari dengan stilleto 7 sentimeter.
lalu dia menahan pintu lift hingga aku berhasil masuk bergabung dengan lima orang lainnya di dalam ruang sempit itu.
“Thanks,” ucapku singkat dengan nafas yang sedikit tersengal.
Berikutnya kami secara tidak sengaja tergabung dalam satu group saat melakukan Focus Group Discussion, bersama Danu serta dua teman kami yang lain, Tia dan Galih. Lalu malamnya, muncul notifikasi WhatsApp message di layar iPhoneku dengan display name ‘B.O.B’, agak alay sih sebenarnya. Setelah mengenalnya beberapa hari, baru aku tau itu inisial nama lengkapnya, Beni Orion Batubara. He’s kinda crazy working partner, receh banget selera humornya, serius pas jam kerja tapi malamnya ngebahas hal-hal lucu yang terjadi hari itu di kantor, and just by that, we found that we just match each other. Dan siapa sangka, he is the one who can light up my day in office, and still.
“Mo,” Panggilnya sambil nyelonong masuk ke ruanganku tanpa ketuk pintu terlebih dahulu. “Tolong dong lo review laporan gue dulu, lo kan lebih teliti, udah gue send ke email lo tuh.”
“Ben, how many times I should tell you about this privacy thing? Lo ketuk pintu dulu kek sebelum...”
“Eh, Lo hari ini nggak pake pensil alis ya?” Tanyanya memotong perkataanku.
Aku tertegun sebentar, bergerak memundurkan badan saat Ben mencoba memerhatikan alisku lebih dekat.
“Kenapa? Aneh ya?”
Sambil masih memerhatikan alisku, Ben menjawab, “Enggak kok, cantik.”
Dan hatiku tersenyum saat itu.
To Be Continue....