Sosial Media, Remaja, Drama

Jangan biarkan anak remaja anda bermain drama di sosial media


tanggal post : 08 January 2018
Jangan biarkan anak remaja anda bermain drama di sosial media

Hidup di zaman sosial media seperti sekarang ini telah menciptakan ruang gerak manusia yang bebas tanpa batas. Kapanpun dan di manapun mereka bisa menunjukkan apapun melalui  social media platform yang mereka punya. Namun, ketika banyaknya jenis social media yang ada, para pengguna mulai lupa untuk apa social media itu tercipta. Media sosial, sesuai dengan namanya, awalnya dibuat untuk dijadikan tempat atau platform untuk melakukan interaksi sosial di dunia maya agar manusia dapat dengan mudah berkomunikasi dengan cara yang lebih menyenangkan. Fitur-fitur yang ditawarkan oleh aplikasi sebuah social media, mulai dari chat or texting, video call, photo posting, daily journal dan yang lainnya, bertujuan menjadi suatu sarana agar penggunanya bisa saling membagikan atau sharing tentang sesuatu yang menyenangkan atau informasi yang dibutuhkan. Bahkan, sekarang ini, social media dimanfaatkan untuk tujuan yang bersifat komersil.

Sebenarnya, apapun yang kita lakukan di social media, sah-sah saja bila tidak merugikan pihak manapun. Namun, banyak pengguna social media, khususnya para remaja, yang menjadikan social media sebagai sarana untuk show off dan mengekspose kehidupan yang bersifat terlalu pribadi yang mungkin bisa menyebabkan pengguna socmed lainnya cenderung ingin memberikan komentar buruk, over action and reaction serta berujung pada pertikaikan. Remaja seharusnya tidak perlu menciptakan dan terlibat drama hiperpola yang berceceran di timeline social media mereka. Maka dari itu, untuk menghadapi sikap remaja di era baru ini, para orangtua juga harus mencoba menjadi orangtua masa kini.

Berikut beberapa cara yang pasti bisa dilakukan para orangtua untuk mencegah terbentuknya sikap buruk anak di era digital ini.

  1. Memberi kebebasan namun tetap dengan dampingan.

Generasi millenial atau kids zaman now, tampaknya bukanlah generasi yang mempan terhadap batasan dan larangan. Semakin dibatasi, maka semakin besar ambisinya untuk keluar dari batas tersebut. Maka sebagai orangtua masa kini, biarkanlah remaja anda memilih social media apa yang mereka pilih sebagai sharing platform mereka, namun sebisa mungkin pantaulah aktivitas anak remaja anda di dunia maya.

 

2. Memperhatikan perubahan sikap anak.

Hal-hal yang mungkin anak-anak dapatkan dari dunia maya ataupun dari menggunakan sosial media, akan mempengaruhi sikap dan kebiasaan mereka dalam berbicara, gaya hidup atau pun cara mereka melakukan sesuatu. Para orang tua harus memerhatikan dan memberi komentar dan saran atau bila perlu larangan terhadap berbagai macam outcomes yang terlihat dari cara mereka bersikap.

 

3. Highlight fungsi sosial media pada anak

Anak harus tahu dan terus sadar, bahwa social media hanyalah platform untuk sharing, komunikasi atau boleh saja jika mereka memanfaatkan social media untuk tujuan dan kepentingan postif lainnya. Namun harus berulang kali dipertegas, bahwa social media bukanlah tempat untuk menyebarkan berita palsu (hoax), mengumbar kehidupan atau aib pribadi, memamerkan semua yang dilakukan dan dia miliki, dan sosial media bukanlah tempat menyamar dibalik palsunya foto avatar sehingga penggunanya bisa bebas berkomentar dan menyebarkan kebencian di antara pengguna lainnya.

 

 


Artikel Terkait

Viewer : 534 User: