Terlalu Sering Dipuji, Anak Tumbuh dengan Sifat Takut Gagal
tanggal post : 03 August 2015
Orangtua mana yang ingin memiliki anak dengan nilai akademis rendah dan memalukan? Rasanya, jika bertanya pada semua orangtua, pasti mereka menginginkan anak tumbuh pintar dan bahagia.
Namun, tujuan dan harapan tersebut bisa sirna karena kebiasaan orangtua dalam mendidik anak mereka. Salah satunya adalah terlalu sering memuji dan meninggikan anak di depan orang lain.
Berdasarkan hasil studi terbaru, anak yang tumbuh dengan sifat narsis memiliki orangtua yang memuji mereka secara berlebihan. Nantinya, sifat narsis pada anak akan membuat mereka menjadi pribadi yang dominan, superior, dan selalu merasa berhak terhadap penghargaan meskipun kontribusi mereka terbilang minim. Parahnya, kebiasaan sering dipuji dari kecil ini bisa membentuk ketakutan akan kegagalan.
Namun, sebelum menguraikan terlalu jauh, sebenarnya pujian seperti apa yang dianggap berlebihan?
Menurut Eddie Brummelman, salah satu rekan penulis studi yang dihelat oleh Research Institue of Child Development and Education di University of Amsterdam tersebut, mengatakan bahwa pujian berlebihan adalah sanjungan yang terlalu tinggi, meskipun orangtua tahu pada kenyataannya anak mereka tidak sepintar dan seunggul pujian yang diberikan.
Brummelman mengumpulkan sejumlah orangtua yang selalu memuji anaknya terlalu tinggi. Kemudian, Brummelman menguji anak-anak mereka untuk memeriksa tingkat intelegensia masing-masing.
Hasilnya, anak-anak tersebut memiliki IQ di angka rata-rata, bahkan sebagian besar berada di bawah standar.
“Kami menemukan bahwa anak yang selalu dipuji dan disanjung maksimal oleh orangtua mereka, cenderung memiliki kecerdasan biasa-biasa saja,” ujar Brummelman yang melakukan eksperimen ini di Utrecht University di Belanda, bersama-sama dengan peneliti dari University of Southampton, Inggris, dan Ohio State University, Amerika Serikat.
Penelitian ini melibatkan 565 anak-anak di Belanda dengan kisaran usia mulai dari tujuh hingga 12 tahun. Rentang usia tersebut, kata Brummelman, merupakan masa di mana anak sudah mengerti perbandingan dan persaingan antar sesamanya.
“Anak yang selalu dipuji, tak hanya menganggap diri mereka hebat, tapi mereka juga merasa bahwa mereka selalu lebih baik dari orang lain,” imbuhnya.
“Penelitian ini masih hijau dan perlu studi lanjutan. Namun, kami melihat bahwa sifat narsis pada anak disebabkan orangtua berlebihan dalam memberikan pujian. Anak-anak yang demikian butuh untuk selalu dipuja-puja. Buruknya, anak-anak seperti ini jadi lebih agresif ketika mereka mengalami penolakan,” urainya.