Cerpen SMA Cinta Tak Terbalas
tanggal post : 24 July 2015
Cerpen Karangan: Kurniawan
BELI PULSA -Hari ini merupakan hari terakhirku menjadi seorang murid SMA, Tak terasa sudah 3 tahun berlalu dan selama 3 tahun itulah banyak kisah yang amat berarti dalam hidupku, baik kisah yang berakhir bahagia maupun kisah yang berakhir dengan derai air mata. berpisah dengan sahabat serta rekan yang telah berjuang bersama mungkin terasa amat menyakitkan, namun inilah kehidupan, Terkadang kita harus melakukan sebuah pengorbanan untuk menggapai impian kita, namun percayalah bahwa tuhan telah menyiapkan rencana yang jauh lebih indah untukmu di kemudian hari
Entah apa sesuatu yang mengganjal di hatiku saat ini hatiku seperti menangis dan raga ini seakan tak ingin pergi saat aku berpapasan dengan salsa, mungkin karena aku harus berpisah dengannya dan menjalani hari-hariku tanpa dirinya. Aku dan salsa adalah teman sekelas sejak kelas 1, ia lah yang selalu menghiasi hari hariku sehingga menjadi lebih berwarna. Senyumnya bagaikan magnet yang selalu membuat aku terpaku padanya, meskipun pertengkaran sering terjadi di antara kami, namun hal itulah yang membuat aku sulit berpisah darinya Sebenarnya aku menyayanginya lebih dari seorang sahabat, namun aku tak ingin menghancurkan persahabatan yang telah kami jalin selama ini hanya karena cinta.
Siang ini aku memutuskan untuk pulang bersama, sejauh kaki ini melangkah tangan ini terasa begitu berat untuk melepas genggamannya
“tek terasa sudah 3 tahun berlalu, rasanya waktu begitu cepat berputar” ujarku “iya, rasanya baru kemarin kita bertemu bertemu” sahutnya dengan raut wajah sedih “setelah ini kamu mau ngelanjutkan pendidikan kemana?” tanyaku “rencananya aku mau ngelanjutkan pendidikan di salah satu universitas di Jakarta, kalau kamu sendiri gimana?” jawabnya sambil bertanya kepadaku “Rencananya sih aku mau ngelanjutin pendidikan di bandung” jawabnya.
Kutatap langit dan kulihat awan tampak begitu gelap “nampaknya sebentar lagi akan turun hujan” ujarku “iya, lebih baik kita mempercepat perjalanan kita” sahutnya. Dan hal yang aku katakan akhirnya terjadi, hujan begitu deras melanda kota ini. Kami pun berlari mencari tempat berteduh, akhirnya kami berteduh di salah satu halte bus di jalan cempaka.
“kau kedinginan ya?” tanyaku “iya,” jawabnya dengan suara gemetar
Lalu kulepaskan jaket yang kukenakan dan kuselendangkan di tubuhnya, melihat butiran air yang menetes dari langit seakan menjadi cerminan tangisan hatiku mungkin di dalam hati ini jutaan butir air mata telah menetes seiring berjalannya waktu, aku tak bisa membayangkan menjalani hari-hariku tanpa hadirnya walaupun selama ini ia hanya menganggapku sebagai sahabat, namun hati ini merasa nyaman bersamanya
“nampaknya sebentar lagi hujannya reda” ujarnya
Sebenarnya aku masih ingin bersamanya untuk waktu yang lebih lama, namun terkadang waktu begitu tak adil, disaat kita bersama dengan orang yang kita sayangi waktu berjalan begitu cepat dan saat kita harus berpisah dengan orang yang kita sayangi waktu berjalan begitu lambat
“aku punya sesuatu untukmu” ujarku sembari tersenyum kecil kepadanya “sesuatu apa?” jawabnya dengan nada penasaran
kukeluarkan sebuah kalung liontin dari kantung seragamku, sebenarnya kalung itu ingin kuberikan kepadanya saat ulang tahunnya yang ke-17 bulan depan, tapi karena bulan depan aku harus pergi ke bandung, liontin ini aku serahkan padanya sekarang “wah, indah sekali, tapi kenapa kau memberikan ini padaku, setahu ku hari ini aku tidak berulang tahun” sahutnya dengan wajah bingung “aku berharap dengan kalung itu kau dapat mengingatku di setiap kerinduanmu, jagalah kalung itu sebaik mungkin sebagaimana kita menjaga persahabatan kita” ujarku “maaf, tapi aku tak bisa menerima semua ini” jawabnya.
Aku pun terkejut dengan jawaban yang terlontar dari mulutnya, bagiku ini seperti sebuah tamparan yang amat pahit “kenapa, apa kau tak suka dengan kalung ini” ujarku dengan nada penuh kecewa “aku suka kalung ini, tapi dengan menjadi bagian dalam hidupmu telah memberikanku sebuah kenangan yang tak akan pernah kulupakan, waktu yang telah kita lalui bersama amat berarti dalam perjalanan hidupku” jawabnya “tapi aku menyayangimu lebih dari seorang sahabat, sekian lama aku memendam rasa ini dan kukira ini adalah saat yang tepat untuk mengatkan perasaanku yang sejujunya, aku mencintaimu sal” ujarku “aku juga mencintaimu tom, tapi cintaku tak lebih dari seorang sahabat, kau sudah ku anggap seperti kakakku sendiri dan rasa sayang ini hanya sebatas sayang antara adik dan kakak, tak lebih” tandasnya sambil menggenggam tanganku “baiklah jika ini keputusanmu, aku tidak akan memaksa” ucapku “kau adalah sahabat terbaik dalam hidupku, dan selamanya kau akan terus menjadi sahabat terbaikku” tandasnya.
Walaupun berat, aku mencoba untuk menerima jawaban salsa dengan lapang dada, terkadang cinta memaksa kita untuk menerima semua kenyataan yang ada, menjadi orang yang membuatnya tersenyum merupakan sebuah kebahagiaan yang tak ternilai hargannya.
Hujan nampaknya sudah reda, aku dan salsa pun beranjak dari kursi halte untuk melanjutkan perjalanan kami
Akhirnya kami pun tiba di depan gerbang rumahnya, sesosok pria nampak sedang duduk di depan teras rumahnya
“salsa!!!” teriak pria itu sembari berjalan ke arah kami “tom, kenalin ini roy, dia kekasihku” ujar salsa
Aku pun hanya bisa terdiam tanpa mengeluarkan sebiji kata pun dari mulutku, hatiku seperti teriris oleh pisau yang sangat tajam, aku pun hanya bisa melempar senyum padanya
“ya sudah, aku pamit dulu ya sal” ujarku “iya, Hati hati di jalan ya tom” sahutnya
Aku pun melangkah pergi dari rumahnya, di setiap langkahku pergi dari rumahya terasa begitu berat, namun aku coba mengikhlaskan semua ini, melepas orang yang kita cintai memang menyakitkan, namun tak semua yang dicintai harus dimiliki.
Redaktur oleh Natalia br Barus
Sumber isipulsa.co.id