Film, Informasi, Psikologi
Layangan Putus dan Fenomena Perselingkuhan Menurut Pakar
tanggal post : 17 January 2022
Layangan Putus merupakan sebuah series WeTV asal Indonesia yang diangkat dari novel dengan judul serupa. Saking terkenalnya, netizen Indonesia dari berbagai jejarin sosial media kerap kali menyuarakan cuitan berisikan keluhan dan emosi yang menggebu-gebu setelah menyaksikannya. Diangkat dari kisah nyata Mommy ASF, Layangan Putus menceritakan kisah perselingkuhan suami-istri.
Kisah perselingkuhan ini kemudian menimbulkan banyak ketakutan pada banyak penonton terutama kaum hawa yang mengatakan, bahwa mereka memiliki ketakutan akan pernikahan. Ketidak inginan untuk diselingkuhi menjadi faktor utama yang membuat series ini menjadi sangat relate. Banyak yang beranggapan, bahwa perselingkuhan merupakan sebuah penyakit yang tidak bisa disembuhkan.
Artinya seorang pelaku selingkuh, akan terus mengulangi tindakannya di kemudian hari.
Tapi, benarkah begitu?
Peneliti menemukan bukti, bahwa seorang pelaku perselingkuhan sangat mungkin mengulangi tindakannya lagi. Berdasarkan studi jurnal Archives of Behaviour yang meneliti fenomena perselingkuhan pada 484 orang dewasa yang mengaku pernah berselingkuh. Riset tersebut menyatakan bahwa mereka yang selingkuh, memiliki kemungkinan 3,5 kali lipat lebih besar untuk selingkuh di kemudian hari.
Akan tetapi, hingga saat ini masih belum diketahui apa alasan pasti mengapa seseorang memutuskan untuk berselingkuh. Sebagian mengatakan, mereka menyukai sensasi menantang dan beresiko yang mereka rasakan dari hubungan seksual bersama selingkuhannya.
Peningkatan kebutuhan akan hasrat itu dikarenakan oleh kurangnya reseptor dopamin atau bagian otak yang dapat merasakan kenikmatan. Dengan kata lain, pelaku selingkuh membutuhkan sensasi yang lebih untuk merasa puas dan mencapai kesenangan.
Source: