sinetron, low quality, produksi
Mengapa Sinetron Televisi Minim Edukasi Tetap Diproduksi
tanggal post : 11 January 2018
Televisi dengan segala channel dan program acaranya terkadang menjadi hiburan satu-satunya yang paling mudah dan murah saat bersantai dirumah. Kreasi program beragam yang disajikan membuat tayangan televisi masih diminati. Namun pada masa kini, ketika teknologi mulai berkembang dan maju, kualitas acara-acara televisi malah semakin jatuh. Acara televisi sekarang ini tampaknya dibuat dengan ‘asal-asalan’ dan hanya berorientasi pada keuntungan bukan lagi pada kepuasan penonton. Salah satu acara TV yang banyak digemari pemirsa khususnya dari kalangan ibu-ibu dan para remaja di Indonesia adalah sinetron. Hampir merata dengan program-program televisi dengan tema lainnya yang berbeda, sinetron yang diproduksi saat ini juga mempunya kualitas yang sangat minim edukasi. Apa sajakah hal yang menjadi alasan utama, mengapa Sinetron berkualitas rendah masih saja terus diproduksi?
- Keuntungan sebagai tujuan.
Dalam kegiatan produksi sinetron, banyak pihak-pihak yang terlihat di dalamnya seperti produser, sutradara, semua crew lapangan, penulis skenario, pemain, management dan rumah produksi dll. Kebutuhan mereka akan materi dan pundi-pundi uang memaksa mereka untuk saling menerima. Produser menerima ide cerita tentang sinetron yang mungkin tidak terlalu bagus, pemain menerima tawaran bermain, penulis skenario menerima tawaran menulis naskah harian yang tidak perlu bagus yang penting mampu menulis naskah stripping, dan seterusnya hanya karena mereka ingin bisnis yang saling menguntungkan bagi mereka.
- Masih disambut baik dengan bukti rating yang meningkat naik
Produser juga pasti punya siasat bagaimana program atau acara tv yang ia produksi bisa laku. Ada banyak cara yang memungkinkan untuk melakukan itu, contohnya, produser mampu membidik target pasar yang tepat. Dengan begitu dia bisa memastikan kalau program yang ia buat benar-benar diterima dan ditonton sehingga mampu menambah angka rating setiap hari. Jika ratingnya sudah tinggi maka akan tinggi juga nilai jualnya, dan akan dilirik oleh para pemasang iklan serta membawa keuntungan dan pendapatan bagi produser dan timnya.
- Adanya bisnis dalam bisnis
Mungkin juga sudah banyak masyarakat yang berkomentar atau bertanya-tanya mengapa sinetron semacam itu tidak mendapat teguran atau diberhentikan oleh Komisi Penyiaran Indonesia, mengapa masih ada saja masyarakat yang menonton siaran seperti itu dan mengapa ratingnya terus meningkat. Jawabannya, it’s always there, business in business. Ada hal-hal pintas yang kadang dianggap pantas bagi mereka yang paham mengenai trik berbisnis menguntungkan. Sangat mungkin bila pihak tim produksi membayarkan sejumlah dana kepada lembaga pemeringkat (rating) program televisi untuk memberikan angka rating tinggi bagi program siaran mereka, agar pihak pemasang iklan tergiur juga untuk bekerja sama dengan bayaran yang besar.
- Sudah merasa puas walaupun minim kualitas
Tim produksi pasti sudah merasa cukup dengan keuntungan yang mereka dapatkan dari acara yang mereka sajikan, dengan kata lain, jika acara dengan kualitas yang seperti ini saja sudah membawa keuntungan yang lebih dari cukup, lalu mengapa harus ribet dan berlelah-lelah memikirkan ide baru untuk menghasilkan program yang benar-benar baik? Terkadang mereka memang sengaja memilih untuk memproduksi siaran dengan kualitas seadanya sehingga mereka bisa menciptakan proyek baru yang lebih bagus dan seru yang pastinya bisa laku. Contonhnya, rumah produksi yang memproduksi beberapa sinetron dengan kualitas rumahan sengaja melakukan lowering quality untuk menekan semua biaya produksi, sehingga biaya lain yang dia punya bisa dikerahkan ke project dengan expecting quality yang jauh lebih baik dan yang pasti lebih mahal biaya produksinya, contohnya film layar lebar. Mereka pun harus benar-benar melakukan promosi agar filmnya laku dikarenakan tidak ingin rugi dari biaya produksi yang tinggi.