Cuaca-Cuaca Planet Lain yang Mengerikan


tanggal post : 11 August 2015
Cuaca-Cuaca Planet Lain yang Mengerikan

Kita mengenal ada 2 jenis cuaca di Indonesia yaitu cuaca hujan dan kemarau. Berbeda dengan saudara saudara kita di negara lain, mereka umumnya memeiliki 4 musim yaitu salju, musim semi, musim kemarau dan musim hujan. Itulah jenis cuaca yang biasa terjadi di planet kita yaitu bumi. Bagaimana dengan planet planet lain? apakah mereka memiliki cuaca seperti kita?
 
 
 
 
 
Berikut cuaca alien yang paling mengerikan.
 
1. Badai Hujan Kaca
 
 
 
 
 
Sahabat belipulsa.id coba bayangkan kalau suatu hari ketika hujan turun, ternyata bukan air yang membasahi Bumi melainkan kaca. Pastinya kita akan terluka dan mencari pelrindungan. Kisah itu bukan dongeng karena nun jauh di luar angkasa ada sebuah planet seperti itu yang mengitari bintangnya. Uniknya planet ini punya warna yang sama dengan Bumi. Biru! Ingat kan kalau Bumi itu kita kenal sebagai Planet Biru atau Titik Biru Pucat yang dilihat dari luar angkasa. tapi, Planet biru yang satu ini tidaklah persis sama dengan Bumi. Cuma warnanya saja yang sama tapi itupun bukan biru pucat melainkan tua.
 
Planet Biru Tua tersebut tidak memiliki kemiripan lain dalam hal ukuran, masa atau lokasi di zona laik huni seperti halnya Bumi. Planet yang dilihat Teleskop Hubble milik NASA/ESA tersebut merupakan planet gas raksasa seperti halnya Jupiter dan berada sangat dekat dengan bintang induknya. Pada tahun 2007, Teleskop Spitzer milik NASA mengukur cahaya infra merah dari planet dan menghasilkan peta temperatur exoplanet pertama yang pernah dibuat. Peta itu juga menunjukkan kalau beda temperatur antara sisi siang dan malam mencapai 260º Celsius dan menyebabkan terjadinya angin kencang yang berhembus di sepanjang planet tersebut. Di atmosfer, temperatur planet HD 189733b mencapai 1000º Celsius.
 
Tapi ada hal lain yang lebih menarik di planet biru tua itu. Warna biru tua yang ada di planet gas raksasa itu bukanlah berasal dari lautan seperti halnya Bumi. tentu saja tidak mungkin dari lautan mengingat lokasi planet yang sangat dekat dengan bintang. Warna biru tua yang menjadi kekhasan planet berasal dari kabut turbulensi atmosfer yang mengandung partikel silikat yang menghamburkan cahaya biru.  Kandungan silikat pada atmosfer menjadikan planet tersebut memiliki curah hujan yang sangat berbeda! Temperatur kondensasi silikat yang sangat tinggi yakni lebih dari 1300º Celsius menyebabkan partikel-partikel silikat di atmosfer membentuk butiran kaca. Akibatnya, hujan yang turun di planet biru tua itu berupa hujan kaca yang turun menyamping ditiup angin yang bergerak 7000 km per jam.
 
2. Tornado Magnet
 
 
 
 
 
Tornado yang sangat hebat menyapu permukaan Matahari dan berhasil ditangkap oleh satelit milik NASA, Solar Dynamics Observatory (SDO). Video hasil tangkapan SDO menunjukkan bahwa plasma tornado menyapu permukaan Matahari dalam rentang waktu hampir 30 jam, mulai dari 7-8 Februari 2012. Terry Kucera, pakar fisika Matahari NASA, mengungkapkan bahwa ukuran plasma tornado hampir menyamai Bumi dan berputar dengan kecepatan mencapai 480 km per jam.
 
"Suhunya sekitar 15.000 derajat fahrenheit (sekitar 8.300 derajat celsius), relatif dingin," kata Kucera. Suhu itu tak seberapa dibanding suhu korona yang bisa mencapai jutaan derajat celsius. Tornado ini bukan kali pertama terjadi. Wahana antariksa SOHO milik European Space Agency (ESA) setidaknya telah mendeteksi adanya tornado di Matahari sejak tahun 1996. Tornado di Matahari hampir serupa dengan tornado di Bumi, tetapi tercipta lewat proses berbeda. Jika tornado di Bumi dipengaruhi fluktuasi dan temperatur, tornado di Matahari dipengaruhi magnetisme.
 
Menurut Kucera, tornado tercipta karena adanya dua gaya magnet yang saling bersaing menarik partikel bermuatan di muka Matahari. Proses ini menciptakan plasma yang berputar di sepanjang medan magnet. Rentang putaran plasma tornado bisa sangat mencengangkan, mencapai ratusan ribu mil. "Secara total, panjangnya bisa lusinan Bumi, besar," cetus Kucera.
 
3. Atmosfir Plasma
 
 
 
 
 
Sebuah planet alien tetangga yang berukuran enam kali lebih besar daripada Bumi tertutup oleh atmosfer yang kaya akan air, termasuk sebuah “bentuk plasma” dari air yang aneh, kata para ilmuwan. Para ahli astronomi telah menetapkan bahwa atmosfer dari planet super-Bumi Gliese 1214 b tampaknya kaya akan air. Akan tetapi, exoplanet ini bukanlah kembaran Bumi. Temperatur yang tinggi dan kepadatan dari planet tersebut memberinya sebuah atmosfer yang sama sekali berbeda dengan atmosfer Bumi.
 
“Karena temperatur dan tekanannya sangat tinggi, maka air di sana tidak berada dalam bentuknya yang biasa (uap, cair, atau padat), namun berbentuk ionik atau berbentuk plasma di bagian bawah atmosfer bagian interior dari Gliese 1214 b tersebut,” kata peneliti utama Norio Narita dari National Astronomical Observatory, Jepang. Dengan menggunakan dua instrumen di Subaru Telescope di Mauna Kea, Hawaii, para ilmuwan mempelajari cahaya yang bertebaran dari planet tersebut. Mereka kemudian mengkombinasikan hasil-hasil yang mereka dapat dengan hasil-hasil pengamatan terdahulu yang menyatakan bahwa atmosfer dari planet tersebut mengandung jumlah air yang signifikan.
 
4. Perubahan Ekstrim Cuaca
 
 
  
 
 
Pada rentang waktu antara tahun 2002 sampai 2003 teleskop antariksa Hubble mengambil gambar terbaru dari planet kerdil Pluto. Meskipun gambar dari teleskop luar angkasa Hubble tidak cukup untuk membuat gambaran detail permukaan Pluto, tetapi para ahli bisa mengetahui bahwa ada perbedaan mencolok pada wilayah gelap dan terang yang memberi kesan bahwa Pluto memiliki daerah yang sangat beragam.
 
Pluto adalah planet dengan perubahan cuaca yang lebih dinamis dari perkiraan para ahli astronomi sebelumnya. Dari gambar-gambar tersebut ditunjukkan bahwa planet kerdil yang terletak pada Sabuk Kuiper ini memiliki perubahan yang sangat cepat pada permukaannya yang disebabkan oleh musim yang sangat ekstrim. Dengan cara membandingkan gambar baru dengan gambar sebelumnya, para ahli astronomi dapat menyatakan bahwa beberapa bagian dari Pluto, termasuk belahan bagian selatan, menjadi secara signifikan lebih gelap dan lebih merah antara tahun 2000 dan 2002, sementara belahan bagian utara menjadi lebih terang. Para ahli memperkirakan perubahan ini terjadi dikarenakan proses pencairan dan pembekuan es seiring perubahan cuaca yang ekstrim.
 
Cuaca ekstrim Pluto disebabkan karena jarak yang cukup jauh dari Matahari. Pluto membutuhkan waktu 248 tahun untuk melakukan putaran penuh terhadap matahari, mengorbit dalam jalur eliptik yang ekstrim dalam zona Tata Surya yang dinamakan Sabuk Kuiper. Pada titik terdekatnya dunia kecil ini berjarak 4.4 milyar kilometers dari matahari, sementara pada jarak terjauhnya adalah sekitar 7.3 milyar kilometers. Ayunan antara jarak terdekat dan jarak terjauh inilah yang membuat Pluto memiliki cuaca paling ekstrim dari planet manapun dalam Tata Surya.
 

Download aplikasi Isipulsa.co.id  dibawah ini, klik gambarnya 
 
Untuk mendaftar jadi agen pulsa klik gambar di bawah ini 
 


Redaktur Reza

Artikel Terkait

Viewer : 593 User: