Cerpen Lucu Teh Panas yang Sudah Menjadi Dingin


tanggal post : 24 July 2015
Cerpen Lucu Teh Panas yang Sudah Menjadi Dingin

Sore itu aku sedang duduk di sebuah restoran bergaya vintage. Lamunanku terpecah oleh seorang waiter yang membawa teh panas pesananku tadi. Hari itu adalah hari yang istimewa karena aku sedang menunggunya. Di tempat itu pula dulu dia berpamitan untuk meninggalkanku selama dua tahun, dan dia berjanji tepat di hari itu tanggal 1 januari 2014 dia akan kembali pulang menemuiku di tempat yang sama dan di waktu yang sama. Aku harap dia tak melupakannya dan tak membuatku kecewa.

Sudah dua puluh menit aku menunggu, kurasa itu belum lama, aku masih tetap berharap. Alunan musik bossanova menemaniku sore itu. Teh panas yang aku pesan hanya aku pandang, belum aku sentuh sama sekali. Sesekali aku melihat jam tangan, Ah.. baru setengah jam aku menunggu, belum lama, teh ku pun masih mengeluarkan uap panasanya.

BELI PULSA -Pendengaranku tersita oleh sebuah lagu, Hollywood Nobody – Kiss The Pain Away, salah satu lagu favoritku. Yaa setidaknya itu bisa sejenak menghiburku. Ketika aku masih menikmati lagu itu, tiba-tiba seseorang menyapaku, mereka Fulan dan Maria, teman SMA ku dulu. Rupanya mereka sudah lama disitu, bahkan sudah mau pulang. Bodohnya aku tak memperhatikan sekitar. Mereka hanya sebentar menyapaku, kemudian pamit pulang karena harus menjemput anak laki-lakinya dari les. Aku masih memperhatikan langkah mereka menuju pintu keluar, mereka bergandengan tangan dan saling memandang, sampai pada akhirnya mereka menabrak pintu kaca. Ah sudah lupakan saja cerita konyol itu.

Aku menunduk melihat jam tangan, sudah satu jam aku menunggu. Langit semakin redup. Lagu bossanova yang aku dengar tadi sudah hilang. Aku merasakan getaran dalam tasku, ternyata ada pesan masuk di ponselku. Kubuka lalu kubaca, “pelanggan yang terhormat, nomor anda sudah memasuki masa tenggang, segera isi pulsa untuk memperpanjang masa aktif anda”. Oh Tuhan… semakin galau kurasa, semakin kecewa, kukira itu pesan darinya.

Aku mencoba mengingat-ingat kembali masa-masa ketika bersamanya. Ketika kami bercanda, ketika kami menggila, ketika kami sok romantis, dan ketika kami sedang marahan. Bersamnya dunia serasa penuh warna, penuh kejutan, dan penuh harapan seperti yang kurasakan saat ini, semoga saja tidak berkhir dengan penuh kekecewaan. Stop! positif thinking Hany.

Kebetulan waktu itu aku sedang duduk dekat jendela, jadi aku bisa melihat para budak tuan pulang kerja dari kantornya, mobil-mobil yang memaksakan kehendaknya dengan cara membunyikan klakson, dan motor-motor yang memaksa untuk menerobos. Lampu kendaraan sudah mulai mereka nyalakan, artinya itu sudah malam.

Oh sudah malam ternyata, kembali melihat sang waktu, jam tangan menunjukan pukul 18.30. Tuhan, aku sudah menunggu di sini satu setengah jam, apa yang harus aku lakukan? jika aku tetap menunggu di sini ada dua kemungkinan yang akan terjadi, kecewa atau bahagia. Semakin lama aku menunggu semakin dahsyat pula kekecewaan yang akan kurasakan jika dia memang tak datang, dan semakin lama aku menunggu disini maka semakin besar rasa bahagia jika dia tiba-tiba datang untuk menghapus semua rasa lelahku saat itu. Setengah jam aku dilema antara memilih pulang dengan tangisan atau bertahan dengan harapan palsu. Ya sudahlah… aku pulang saja, mungkin Jhony memang tak akan pernah kembali, mungkin dia sudah bahagia di Melbourne bersama kekasihnya yang baru. Lagi pula teh panas ini sudah menjadi dingin.
 
 
 
  
Redaktur oleh Natalia br Barus

Artikel Terkait

Viewer : 426 User: