Inilah Saudara Tua Bumi


tanggal post : 29 July 2015
Inilah Saudara Tua Bumi

Film-film fiksi ilmiah (sci-fi) seperti "Star Trek" atau "Battlestar Galactica" tampak bukan sepenuhnya khayalan. Adanya kehidupan lain di luar Bumi, seperti yang ditampilkan pada film-film tersebut, bisa jadi benar adanya dan hipotesis para ilmuwan makin mendekati kenyataan. Upaya keras bertahun-tahun dari para astronom maupun ilmuwan yang sangat berminat pada studi antariksa, mengenai dugaan adanya planet-planet yang menawarkan kehidupan mirip Bumi, perlahan-lahan mulai menampakkan hasil. Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pekan ini mengumumkan bahwa teleskop antariksa Kepler telah menemukan satu planet, yang mengorbit bintang dengan jarak sama seperti orbit bumi ke matahari. Pada pernyataan resmi NASA yang dikutip laman New York Post pada Jumat, 24 Juli 2015, planet baru yang diberi nama Kepler 452b itu berusia 1,5 miliar tahun lebih tua dari bumi. 'Saudara tua' bumi itu memiliki ukuran 1,5 kali lebih besar dari bumi, mengorbit bintangnya dalam waktu 385 hari. Sementara bintang yang dikelilinginya, empat persen lebih masif dan 10 persen lebih terang daripada matahari. NASA mengatakan jarak orbit planet yang mereka sebut Earth 2.0 itu, berada pada kejauhan optimal di mana air dapat terbentuk. Nasa menyebutnya 'Goldilocks zone' atau zona yang dapat menyangga kehidupan. Beragam komentar muncul di media sosial dari netizen, yang menanggapi secara antusias pengumuman NASA, baik bernada negatif maupun positif. Salah satunya adalah netizen bernama Brian Cox. "Jaraknya sangat jauh, 1.400 tahun cahaya, apa yang mungkin dapat kita pelajari atau lakukan? Maksud saya, lihatlah Pluto sebagai contoh, yang kita kira telah diketahui ukurannya. Tapi ternyata itu jauh lebih besar dari yang diperkirakan." Brian mempertanyakan, bagaimana NASA dapat menyebut planet itu serupa bumi, apabila mereka pun belum dapat memastikan kondisi planet, yang letaknya jauh lebih dekat dengan bumi. Misi Kepler dan K2 Teleskop Kepler adalah alat pengamatan antariksa, yang diluncurkan oleh NASA pada 7 Maret 2009, untuk menemukan planet serupa bumi yang mengorbit bintang, dalam misi yang disebut K2. Pesawat antariksa yang namanya diambil dari astronom Johannes Kepler, disebut sebagai bagian dari program pencarian NASA berbiaya murah, dengan biaya 'hanya' $600 juta atau sekitar Rp 13,5 miliar. Pada 2012 lalu, misi Kepler diperkirakan bakal berakhir hingga 2016. Itu juga dimungkinkan, apabila semua roda reaksi yang digunakan untuk mengarahkan pesawat tetap bisa digunakan. Roda kedua dari empat unit dilaporkan gagal berfungsi pada 11 Mei 2013, sehingga tidak memungkinkan pengumpulan data sains, serta mengancam keberlanjutan misi. Pada 15 Agustus 2013, NASA mengumumkan telah menyerah, dalam usaha memperbaiki dua roda reaksi. Namun itu diklaim tidak berarti akhir dari misi, karena masih bisa dilakukan modifikasi. Proposal misi baru K2 diajukan pada 18 November 2013, termasuk rencana pemanfaatan Kepler, dengan cara yang memungkinkannya mendeteksi planet-planet layak huni yang lebih kecil. NASA menyetujui misi K2 pada 16 Mei 2014, yang kemudian mengumumkan penemuan Kepler 452b atau Earth 2.0 pada Kamis, 23 Juli 2015. Namun sayangnya, itu bukan yang pertama kali. Teleskop Kepler Dikutip dari laman resmi NASA, disebutkan bahwa teleskop Kepler sangat kuat, memiliki kamera terbesar yang pernah diluncurkan ke angkasa, dengan sensor CCD sebesar 95 megapixel. NASA mengklaim teleskop Kepler dapat mendeteksi seseorang di satu kota kecil, jika orang itu menyalakan cahaya pada malam hari. Kepler mendeteksi planet dengan melihat kecerahan bintang secara periodik. Kecerahan bintang disebut memperlihatkan, adanya planet-planet yang mengorbit. Kepler menemukan 1.013 exoplanet dari sekitar 440 sistem bintang, juga 3.199 kandidat planet lain yang belum dikonfirmasi. Sementara baru empat planet yang dikonfirmasi dalam misi K2. Astronom pada November 2013 mengatakan, bisa jadi ada 40 miliar planet mirip bumi, yang mengorbit planet seperti matahari, pada jarak orbit layak huni. NASA mengumumkan exoplanet ke 1.000 yang ditemukan teleskop Kepler pada 6 Januari 2015. Exoplanet ketiga yang baru dikonfirmasi mengorbit pada zona penyangga kehidupan, setelah Kepler 438b, Kepler 442b dan Kepler 440b yang dijuluki 'super earth'. Pada 17 April 2014, NASA pada laman resminya, juga mengumumkan penemuan untuk pertama kalinya, planet dengan ukuran serupa bumi, mengorbit pada zona layak huni, yang dinamakan Kepler 186f. Planet itu berada pada sistem Kepler 186, berjarak 500 tahun cahaya dari bumi dalam konstelasi Cygnus, mengorbit bintangnya dalam 130 hari. Lantas apa istimewanya Earth 2.0 yang baru diumumkan NASA? Earth 2.0 Astronom NASA, Jon Jenkins, mengklaim Kepler 452b atau Earth 2.0 yang berjarak 1.400 tahun cahaya, juga dalam konstelasi Cygnus, sebagai planet yang sejauh ini paling serupa dengan bumi. Berdasarkan data yang tersedia, planet yang berukuran 60 persen lebih besar dari bumi, juga lebih tua 1,5 miliar tahun, memiliki kondisi antara berbatu seperti bumi atau bola gas seperti Neptunus. Jon Jenkins dari Pusat Riset Ames yang menjadi tuan rumah proyek Kepler, menyebut kemungkinan planet itu memiliki kondisi berbatu adalah 50-62 persen, bahkan mungkin memiliki gunung vulkanik aktif dan atmosfir. Tapi beberapa astronom lain menyebut belum ada bukti langsung, jika planet itu dapat menunjang kehidupan, termasuk soal keberadaan atmosif. NASA pun menyebut, para astronom ada dipuncak penemuan sesuatu yang telah dimimpikan manusia. "Bumi lain," sebut NASA. Manusia memiliki rasa ingin tahu yang besar, tentang kehidupan selain di bumi, bahkan tentang kemungkinan pindah dan hidup ke planet lain, meninggalkan bumi yang telah menderita banyak kerusakan. Untuk menentukan apakah Earth 2.0 layak memiliki kehidupan, para astronom harus lebih dulu mengukur massanya secara langsung, yang artinya harus melakukan pengamatan dari dekat planet itu. Tapi saat ini masih mustahil bagi manusia, untuk menempuh perjalanan 1.400 tahun cahaya. Sangat jauh untuk berpikir menemukan tempat tinggal baru bagi manusia, tapi penemuan itu disebut bisa berguna untuk meramal nasib bumi. Nasib Bumi "Jika Kepler 452b benar merupakan planet berbatu, lokasi yang vis-a-vis dengan bintangnya, dapat berarti planet itu sedang memasuki fase rumah kaca dalam sejarah iklimnya," kata Doug Caldwell, ilmuwan dari Institut Kecerdasan Ekstraterestrial. Peningkatan energi dari bintang yang dikelilingi Kepler 452b, disebut dapat memanaskan permukaan dan membuat lautan di Kepler 452b menguap. Apa yang terjadi pada 'saudara tua' itu, disebut dapat digunakan untuk juga mempelajari bumi. Manusia mengenal istilah kiamat. Jadi walau belum dapat menemukan bumi tempat tinggal baru, setidaknya ilmuwan bisa mempelajari 'nasib akhir' planet-planet serupa bumi. Ditemukannya kehidupan lain di luar bumi, tentu akan menjadi kabar yang luar biasa. Tidak ada yang salah dengan upaya manusia, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pencarian kehidupan lain. Namun yang lebih menarik saat ini, adalah kemungkinan 'meramal nasib' dari pengamatan planet-planet mirip bumi, demi membangun kearifan manusia untuk memelihara apa yang sudah dimilikinya. Hingga terbukti ada planet lain seperti bumi, maka hanya ada satu planet layak huni bagi manusia. Belum ada kemungkinan pindah ke planet lain, jadi sebaiknya tetaplah pelihara bumi dengan baik

Artikel Terkait

Viewer : 75 User: